
Himpunan Polimer Indonesia (HPI) kembali mengadakan forum group discussion ke-2 secara hybrid, melalui platform Zoom Meeting dan juga secara luar jejaring di Ruang Covention Hall, Gedung CAS Lantai 1, Institut Teknologi Bandung. Acara ini dipandu oleh Putri Ayu Lestari selaku MC dan Dr. Eng. Hafis Pratama Rendra Graha, S.T., M.T selaku moderator dari ITB. Kegiatan dimulai dengan sambutan dari Prof. Dr. Mochamad Chalid selaku Ketua HPI, yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi Ir. Ahmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D selaku narasumber yang membawakan topik Pengembangan Teknologi Depolimerisasi untuk Menguatkan Ekonomi Sirkular dan Polimer Berkelanjutan.
Produksi polimer plastik mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan rata-rata kenaikannya mencapai 400 juta ton. Diperkirakan, angka ini akan meningkat hingga tiga kali lipat pada tahun 2030. Kawasan Asia Pasifik menjadi wilayah dengan pertumbuhan produksi plastik yang sangat pesat, yang didominasi oleh Cina. Konsumsi plastik di negara berkembang juga cukup tinggi. Meskipun tingkat produksi plastik rendah, Indonesia dinobatkan sebagai negara penyumbang sampah plastik cukup besar di Dunia, dibandingkan Cina.
Saat ini plastik memiliki citra yang buruk sebagai penyumbang sampah yang cukup besar, padahal emisi karbon yang dihasilkan oleh plastik termasuk rendah. Citra buruk ini sengaja dibentuk agar negara lain bisa memonopoli produksi plastik. Karena impor kedua terbesar di Indonesia setelah minyak bumi adalah petrokimia contohnya plastik.
Untuk mengatasi masalah timbulan sampah, saat ini Indonesia mulai menerapkan program Masaro yaitu manajemen sampah zero. Solusi sampah terbaik saat ini adalah depolimerisasi, yaitu recovery material yang tidak lagi didaur ulang yang akan diubah menjadi fine chemical, depolimerisasi termal/pirolisis (BBM, agen klorinasi), dan insinerasi (pestisida, kompos, dan media tanam). Namun, program tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari semua stakeholder terutama pemerintah pusat. Maka ke depannya semoga ada dukungan dari pemerintah agar program Masaro ini dapat berjalan lancer dan mampu menyelesaikan masalah sampah di Indonesia.